GKJW PASAMUAN JEMBER

 

LAHIRNYA GKJW PASAMUAN JEMBER


Sejauh itu pada saat Java Comitee menjadi orang tua asuh Jemaat jemaat Jawa, Java Comitee tidak menyerahkan Jemaat jemaat Madura kepada NZG.

Dalam Sidang Majelis Agung pada tanggal 11 Desember 1931, yang mencetuskan lahirnya PASAMUWAN PASAMUWAN KRISTEN JAWI ING TANAH JAWI WETAN, yang oleh Surat Keputusan Pemerintah diberi nama OOST JAVAANSCHE KERK, yang diterjemahkan kedalam bahasa Jawa "GREJA KRISTEN JAWI WETAN".


Yang diundang ikut memutuskan ada 45 jemaat, termasuk diantaranya 10 dari kawasan Timur, yang dibawa asuhan Java Comitee al: 1. Tunjungrejo, 2. Sidoreno, 3. Rejoagung, 4. Sidorejo, 5. Tulungrejo, 6. Sidomulyo, 7. Purwodadi, 8. Ranurejo, 9. Wonorejo, 10. Jember.


Mengapa Jember diikutsertakan? Padahal Jember dikatakan pepanthan atau kelompok saja belum pantas, karena warganya baru 9 KK saja. Nampaknya pada waktu itu jumlah KK tidak menjadi ukuran dan persyaratan, tetapi dilihat dari statusnya yang strategis. 

Sehingga Pdt. O. Dedecker tidak mewakili Java Comitee sebagai "Parampara", tetapi Pdt. O. Dedecker mewakili Jember sebagai "Jemaat".


Itulah mengapa lahirnya Jemaat Jember, sama dengan lahirnya GKJW pada 11 Desember 1931. Namun hari lahir "de jure" nya, menurut hukumnya, belum "de facto" nya, meskipun de facto-nya tidak pernah dicatat, diperkirakan tahun 1953, karena sudah ada Majelis Jemaat dan sudah ada administrasinya.


A. Jemaat Jember Pada Asuhan Java Comitee


Cikal bakal Jemaat Jember antara lain: PASDIK MANGKUHARJO (menantu Pdt. Wiryodarmo) klerk notaris Vermeulen dan KABUL pegawai SCVT.

Kelompok Kristen ini belum berbentuk organisasi, tidak memiliki administrasi, maupun majelis Jemaat.

Pelayanan dilayani sebulan sekali oleh: 1. Sudiharjo pengawas SD Kristen dari Tunjungrejo, 2. Tartip Eprayim juru tuwi Jemaat-jemaat Jawa "Java Comitee" dari Tunjungrejo, 3. Susalam Wiryotanoyo dari Rejoagung. Sedangkan minggu minggu lainnya dilayani oleh Pasdik Mangkuharjo dan Kabul.

Kebaktian dilaksanakan Spoorlaan 13 ( Sekarang Jl. Wijayakusuma 48-50) Jember.


B. Jemaat Jember Pada Jaman Jepang.


Setelah Jepang masuk, Jl. Sepuran atau Spoorlaan 13 ditempati tentara Jepang. Kegiatan resort/ klasis menjadi macet. Sebelum Belanda ditawan Jepang maka Kerkraad/ Majelis Jemaat Protestansche Gemeente Nederlands Spreken Deel (Gereja Protestansche berbahasa Belanda) datang kepada Pasdik Mangkuharjo menyerahkan kunci Gereja Selamat yang dikuasai dan dibawah pengawasan tentara Jepang.

Kebaktian tidak dilaksanakan teratur, melainkan satu atau dua kali dalam sebulan.

Pendeta yang melayani antara lain: Pdt. Darmowasito dan Pdt. Alpeyus Kaeden.


C. Jemaat Jember setelah Proklamasi


Setelah proklamasi kemerdekaan RI 1945 orang orang Kristen bermunculan. Sehingga kebaktian bergabung dengan warga non GKJW. Pelayanan dilakukan oleh Pasdik Mangkuharjo dan Rimbing.


Tgl 21 Juli 1947 Class ke-I, gedung gereja dikuasai oleh tentara KL dan KNIL dibawah asuhan Ds. VISCHER.

Kebaktian kebaktian GKJW yang merupakan kelompok itu meminjam tempat dirumah keluarga Kabul didepan Jember Klinik, kira kira selama 2 tahun. Pelayanan dilakukan oleh warga setempat dan dibantu Pdt. Oesman Darmohatmojo dari Sidorejo yang sudah emiritus.


Dalam suasana setelah penyerahan kedaulatan RI, atas prakarsa dari Direktur DAVID BERNIE ADMINISTRATIE KANTOOR (DBAK, sekarang PT-27) bernama LOGGERS, GKJW dapat menempati kembali Gereja Pagah.

Ibadah digabung dengan non GKJW yang dilayani, antara lain WANEY (staff perkebunan Wonojati, seorang Menado), Pdt. LUMINTAITANG (Pdt. Tentara), dll.

Menurut SUHARTO SH, kelompok Jember diresmikan sebagai Jemaat tahun 1953, tanggal tidak diketahui.


D. Pdt. Lumadyo Marmer dan Pdt. Dwidjosumarmo Insamodra


Pada tahun 1954 Jemaat Jember telah menerima lulusan baru dari IP Th

 Balewiyata, yaitu Pdt. Lumadyo Marmer. Dan beliau diangkat menjadi Pdt. P.I. Didaerah Kediri-Madiun. Pad tanggal 23 Oktober 1955 beliau pamit meninggalkan Jember.

Kembali Jemaat "Jember" komplang", sehingga pelayanan dilakukan oleh anggota majelis sendiri: 1. Sudarman Samino, 2. Suharto, 3. Salam Watiyas, 4. Sudarsono, 5. Djaelani. Sedang untuk pelayanan sakramen dan mempelai minta bantuan Pendeta Jemaat sekitar.


Awal 1959 Jemaat Jember memanggil Pdt. Dwijosumarmo Insamodra dari Jemaat Tempursari.

Untuk pastori menyewa rumah keluarga MUNASIM SUKOWIRYO untuk 5 tahun.

Pdt. Dwijosumarmo Insamodra tgl. 16 Februari 1959 dan ditetapkan sebagai Pendeta Jember tgl. 1 Maret 1959. Tetapi akhir tahun 1962 Pdt. Dwijosumarmo. Insamodra meninggalkan Jemaat Jember karena panggilan sebagai Pendeta Angkatan Laut. 

Kembali Jemaat Jember "Komplang", pelayanan dilakukan bergilir oleh: Sudarsono, Suharto dan R. Hadi Wahjono.


E. Status Gedung Gereja Pagah.


Sekitar tahun 1960 atas informasi Suharto kepada L. LINUH, bahwa yang berhak menerima hibah adalah GPIB. Kemudian oleh L. Linuh mengurus status Gedung gereja tersebut, maka sekitar tahun 1962 berdirinya GPIB yang organisasinya terpisah dari GKJW. Dan GKJW menumpang digedung tersebut. Setelah peristiwa G 30 S tahun 1965 pengunjung kebaktian meluap.


F. Vikar atau Pdt. Sri Santo, S. Th.


Jemaat Jember "komplang" 2,5 tahun, pelayanan digilir oleh Sudarsono, Suharto dan R. Hadi Wahjono.

Pada tanggal 4 April 1965 Jemaat Jember. Menerima Vikar yang bernama Sri Santo S. Th. 

Setelah setahun pada tanggal 28 Juni 1966 diadakan rapat Majelis Jemaat dengan PHMA guna menetapkan pentahbisan dan penetapannya. Dan sebulan kemudian tanggal 28 Juli 1966 Bp. Sri Santo ditahbiskan menjadi "Pendeta GKJW". Maka penempatannya di Jemaat Jember dilakukan pada tanggal 25 September 1966 oleh PHMA yang diwakili Pdt. Mardjo Sir.


Mula mula Pdt. Sri Santo, S. Th. Bertempat di pastori Jl. Suprayitno Gg. II. (Sekarang Jalan Manggis), yang kemudian rumah tersebut dalam bulan Juni 1967 dijual untuk menyelesaikan pembangunan Pastori Jalan Bromo 46 (Sekarang Jalan Mawar 54) yang dibangun belum selesai. Sebelum pastori yang baru selesai Pdt. Sri Santo, S. Th. menumpang di rumah Suharto Jl. Anjasmoro Gg. I.

Tgl. 9 Juli 1967 Pdt. Sri Santo boyong menempati pastori baru.


Keputusan Sidang MA ke 53 tgl 25-28 Februari 1969, Pdt. Srisanto ditugaskan menjadi dosen di PPAG Malang.


Sebagai gantinya Pdt. PINOEDJO dari Lumajang. Untuk kelancaran pelayanan dalam rapat majelis Jemaat tgl 17 April 1969 mengusulkan SUDARSONO menjadi Guru Injil setelah pensiun dari guru SD. Dan diberkati tanggal 15 Juni 1969.


G. Pertumbuhan Pepanthan

1. Pepanthan Sidomulyo

Pada tanggal 27 Maret 1967 diadakan babtisan masal di Sidomulyo.

Semula proyek ini proyek bersama dengan Sumberpakem. Karena Jemaat Jember mengalami perkembangan pesat, maka tahun 1968 Pepanthan ini diserahkan ke Jemaat Sumberpakem. Tetapi tahun 1983 sepenuhnya diserahkan kembali kepada Jemaat Jember.


2. Pepanthan Balung.

Sebenarnya Pepanthan Balung sudah menerima pelayanan kebaktian Minggu dari Jemaat Jember sejak 1955, tetapi sempat berhenti. Maka sejak tgl. 16 Oktober 1966 kebaktian Minggu di Pepanthan Balung diaktifkan kembali.


3. Pepanthan Silosanen

Bulan Maret 1967 telah direncanakan membuka Pepanthan di Silosanen, maka tanggal 27 Maret 1967 mulai diselenggarakan kebaktian Minggu disana. Tetapi Pepanthan tersebut tidak berlangsung lama karena tulang punggung SRIARJO dan HENDRO pindah.


4. Pepanthan Rambipuji

Kebaktian di Rambipuji bertempat di rumah keluarga Agus Subroto (Bidan Wehatwi) di jalan Raya no. 17 pada tanggal 13 Agustus 1967 yang dilayani bergilir dari induk dan setempat.


5. Pepanthan Suci-Panti.

Menyusul perkembangan di Suci, Panti atas kedatangan LA' ANDY KARADA seorang purnawirawan ABRI didesa Suci telah melancarkan Pekabaran Injil sekitar Maret 1968. Maka dibukalah Pepanthan Suci pada hari Paskah tanggal 14 April 1968 dan disusul tgl. 21 April 1968 diselenggarakan babtisan masal.

Peristiwa ini menghebohkan, menyusul surat dari Babinsa yang memerintahkan agar orang orang yang wajib lapor yang telah dibabtis dikeluarkan dari agama Kristen.

Tgl. 15 Mei 1968 LA' ANDY KARADA menerima panggilan dari KORAMIL, diulang tgl. 21 Mei 1968, maka terpaksa pada tanggal 27 Mei 1968 telah dikeluarkan 8 orang dari pepanthan.

Dan pada tgl 19 Mei 1968 dilayani babtis anak sebanyak 11 orang serta tgl 30 Juli 1968 dilayani babtis dewasa sebanyak 9 orang. Tetapi mereka diintimidasi sehingga ada yang menyerahkan tanda warganya.

Akhirnya La' Andy dicari cari kesalahannya oleh yang berwajib dan ditahan dipenjara Lowokwaru, Malang.

Rapat Majelis Jemaat tgl. 17 April 1969 menetapkan BUDYO MESTIKO selaku ketua Pepanthan yang kemudian dilimpahkan kepada SANTOSO perawat kesehatan.


6. Pepanthan Bandealit

Perkembangan PI di perkebunan swasta Bandealit, dilakukan oleh SOEKARMIN petugas kesehatan perkebunan sekitar tahun 1969. Sehingga pada tanggal 30 Maret 1969 dilakukan babtisan masal: 39 orang dewasa dan 15 anak anak. Pembabtisan dilakukan oleh 3 orang pendeta.

Tgl 29 Desember 1970 diadakan perayaan Natal yang pertama di Bandealit dengan diresmikan sekali Gedung kebaktian yang baru sumbangan dari pimpinan perkebunan, disusul babtis anak tgl 2 Mei 1971 dan perjamuan Kudus tgl 26 april 1972.

Jarak Jember dan Bandealit kurang lebih 60 km dengan jalan yang sulit, naik turun gunung, tepi jurang, jalan berkelok kelok dan sempit.

Sayang jumlah anggota merosot karena perpindahan dan transmigrasi. Terakhir tinggal 1 KK dan tidak dilayani dari induk.


7. Pepanthan Glantangan-Kalisanen

Pepanthan ini dibuka bersamaan dengan Bandealit. Warganya terdiri dari karyawan perkebunan. 

Berkembang saat Administraturnya SUPROBO NOTOSUGONDO.

Setelah ketua pepanthannya yang bernama SUGIANTO pindah, kegiatan mati, mulai tahun 2000 tidak dilayani lagi dari Induk.


H. Rencana Awal Membangun Gedung Gereja


Ledakan warga GKJW disamping akibat G 30 S juga akibat ledakan siswa dan mahasiswa karena Jember menjadi kota pelajar dan kota Universitas.

Terbitlah pemikiran memiliki gedung gereja sendiri. Di daerah Besuki saat itu belum dipencar ada 20 Jemaat, satu satunya yang belum memiliki gedung gereja adalah Jemaat Jember.


Ada 2 langkah yang akan diambil:

1. Berusaha meminta kembali Gedung hibah dari Java Comitee yang berada di jalan Sepuran 13 (Sekarang Jl

 Wijayakusuma 48-50).

2. Membangun gedung gereja dilokasi tanah PJKA.

Tgl 12 Mei 1966 dibentuk panitia pembangunan diketuai Pdt. Srisanto, S. Th.

Maka dibelilah 1 buah rumah tempat tinggal dan 2 gudang milik TAN KIEL TJHIANG dengan instalasi listriknya pada tgl. 3 Februari 1967 diatas tanah PJKA dengan luas bangunan 250 m2 dan luas tanah 1067 m2 menurut kontrak No. 7388/0 tanda E.785/W.

Maka dibangunlah Pastori dan menjual pastori yang lama kepada Drs. Kusuma.

Pastori baru sudah ditempati tgl. 9 Juli 1967. Kontrak sewa tanah yang baru No. Tr.9947/67 tgl. 17 Juni 1967.

Pada tgl 13 Juli 1969 ditunjuk Bp. SUGITOHARJO selaku formatir panitia pelaksana pembangunan.

Permohonan ijin pembangunan gereja no. 14/GKJW/69 tanggal 14 Oktober 1969 diatas kontrak sewa yang baru no. Tr.9947/67 tgl. 16 Juni 1967 sudah melalui prosedur yang berlaku dan telah memperoleh izin rooi dari PUD.

Tetapi pada tgl 21 Januari 1970 kita dikejutkan surat dari Dk 112 B) (Kepala Bagian dari PJKA) dengan Notanya No. 5/112 B/70 tgl. 21 Januari 1970 minta agar pembangunan pondasi dihentikan. Kerugian saat itu mencapai Rp. 300.000,-


I. Masa Pdt. Pinoedjo

Tahun 1970-1986 merupakan masa bakti pendeta ke-4 Pdt. Pinoedjo. Datang dari Lumajang 6 Januari 1970. Sedang penetapannya 11 Januari 1970 oleh Pdt. Ardi Suyatno.

Intensifikasi pelayananannya memperbanyak jumlah KRW, yang semula 3 KRW yaitu: KRW Paulus, KRW Yohanes d KRW Emanuel.

Lahirlah KRW Petrus, Matius dan Lukas.

Dan berusaha mendewasakan pepanthan Rambipuji, maka pada tgl. 9 Juli 1973 mengangkat SUROSO EDY HARSONO sebagai Guru Injil. Setelah 8 tahun menjadi Guru Injil, melalui prosedur yang berlaku lewat penelitian IP Th. Balewiyata dan Keputusan Sidang Majelis Agung, diangkat menjadi Pendeta dan pada tanggal 26 Juli 1981 ditempatkan di Jemaat Ranurejo.

Setelah ditinggalkan oleh GI Suroso Edy Harsono, maka diperbantukan Pdt. TYAS RUDITO pindahan dari Situbondo.

Sejauh itu memang Rambipuji belum mungkin didewasakan menjadi Jemaat, karena warganya "gilir-gumanti" dan belum memenuhi persyaratan.


Disamping itu tgl. 17 Maret 1973 telah mengangkat J.A. Syukur lulusan PGAAK "Balewiyata" yang semula diserahi melayani Pepanthan Glantangan dan sekitarnya.

Disamping GI Sudarsono mengalami kecelakaan, maka GI J.A. Syukur ditarik ke Jember.

Susuai dengan surat ni. 715/II/1974 tgl. 28 Nopember 1974 ada penawaran menjadi Guru Injil di daerah Tramsmigrasi Luwuk Banggai, Sulawesi Tenggara. Sehingga ia terpaksa mengakhiri tugasnya ditengah tengah Jemaat Jember Pada tanggal 20 April 1975.

Karena dirasa GI Sudarsono perlu istirahat maka pada awal Januari 1986, GI Sudarsono lereh. Dan digantikan R. HADI WAHJONO dan DWI TJAHJONO sebagai Guru Injil dan diberkati , tanggal 9 Februari 1986 oleh Pdt. Kawahya.

GI Sudarsono telah melaksanakan tugasnya selaku Guru Injil selama 17 tahun.


J. Usaha Pembangunan Gedung Gereja Masa Bakti Pdt. Pinoedjo


1. Tanah Hibah Java Comitee

Mengupayakan kembali tanah hibah Java Comitee di Jl. Wijayakusuma mengalami jalan buntu sampai tahun 1980, sehingga Gedung dan pekarangannya dijual kepada pemakai terakhir yang hasilnya dibagi dua antara Majelis Agung dan Jemaat Jember. Masing masing mendapatkan @ Rp. 2 juta.


2. Tanah Tegal Boto

Oleh Pdt. Pinoedjo warga Jemaat Jember dibandingkan kembali setelah "patah hati", melalui kotbah kotbah maupun penerangan penerangan dalam kebaktian keluarga.


Dalam Rapat Majelis Jemaat tgl. 28 Juli 1972 diputuskan mencari tanah untuk pembangunan Gedung gereja. Pada tanggal 22 September 1972 dapat membeli tanah di Tegal Boto seluas 1.880 m2 @ Rp. 125 = Rp. 240.000,-.

Tgl 13 Januari 1974 diputuskan untuk membuat batu bata merah. Tetapi tidak terlaksana karena adanya berita perluasan Universitas Jember (UNEJ).


3. Akhirnya tahun 1977 Panitia memperoleh tanah seluas 1 hektar dengan harga Rp. 7.500.000,- di Jl. Gumuk Kerang, Desa Sumbersari, yang jauh dari tetangga kanan-kiri dan dipandang tidak akan ada "resolusi-resolusi" lagi. Tetapi panitia tidak memiliki uang sebesar itu.


Maka diambil tiga perempat hektar di"kavling" menjadi 20 kotak. Sedang seperempat hektar ditengah tengah diperuntukkan Gedung kebaktian.


Ternyata hasil penjualan kavling melebihi Rp. 7.500.000,- sehingga praktis tanah untuk lokasi gedung gereja tidak mengeluarkan uang sepeserpun.

Bahkan penjualan kavling untuk pembuatan bata merah.

Ternyata birokrasi tetap susah, atas surat Sekwilda No. Sek/125/1979 tgl

 25 Januari 1979 agar perumahan cepat didirikan. Terpaksa pemilik kavling mendirikan rumah mereka masing masing.

Peletakan batu pertama dilakukan tanggal 23 Maret 1979. 

Adapun dana untuk pembangunan diperoleh dari:

- Penjatahan warga Jemaat.

- unduh unduh, amplop, lelang.

- Sumbangan khusus warga

- Penjualan Tanah Tegal Boto

- Sumbangan Ibu Masduki

- Sumbangan Rokok kretek Gudang Garam.

- Sumbangan pemerintah Daerah.

- Sumbangan simpatisan al: Budi Darmo dari Jakarta.

- Sisa penjualan Kavling

- Gerakan Rp. 10.000- tiap KK.

- sumbangan lain lain


Ijin pembangunan oleh Bupati Abdul Hadi No. 95 tahun 1978 tgl 23 Desember 1978 benar benar merupakan hadiah Natal.


Gedung Gereja Jl. Gumuk Kerang (Sekarang Jl. Karimata 27) diresmikan ole Pdt. Pinoedjo pada tanggal 25 Desember 1980.


Inilah sekilas sejarah GKJW Jemaat Jember...

Selamat Ulang Tahun, Selamat Natal dan Selamat Tahun Baru.


Tuhan Yesus Memberkati...


R. Hadi Wahjono

Komentar

  1. Trmkasih atas postingannya.
    Sekedar masukan, akan lebih baik jika referensinya disertakan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

R. PRAYITNO WIRYOWIJOYO

YESAYA SARIDIN SARITRUNO

MATDAKIM MATHEUS