R. PRAYITNO WIRYOWIJOYO


 BIOGRAFI R. PRAYITNO WIRYOWIJOYO


GUNANING PANEMBAH, TRUSING TUNGGAL

.

GUNANING PANEMBAH, TRUSING TUNGGAL terpatri di gerbang GEREJA MOJOWARNO yang merupakan Surya Sengkala dari gereja yang sekarang dikenal dengan nama GKJW Jemaat Mojowarno.

Arti dari Gunaning Panembah Trusing Tunggal adalah : 3291, kalau dibaca dari belakang : 1923.

Tahun 1923 merupakan pendewasaan Jemaat Mojowarno tepatnya 20 Mei 1923.

Disebut surya sengkala dikarenakan tahun tersebut menggunakan tahun Masehi, kalau menggunakan tahun Jawa disebut Candra Sengkala.

Surya Sengkala ini, dulu disayembarakan dan dimenangkan oleh R. Prayitno Wiryowijoyo.


Siapakah R. Prayitno Wiryowijoyo tersebut, dan apa saja peranannya di kegerejaan serta aktivitasnya sehari hari?


R. PRAYITNO WIRYOWIJOYO


Adalah putra sulung R. Muso Jebus Wiryosentono atau cucu R. Paing Karolus Wiryoguno. Terlahir dari ibu Kasminten Tuminah pada tanggal 31 Maret 1876.

Sejak kecilnya sangat disayang oleh eyangnya yaitu Karolus Wiryoguno. Setelah mencapai usia 7 tahun, dia disekolahkan di SDK Mojowarno yang bertingkat 10 tahun. Dia seorang anak yang rajin belajar, sehingga setelah lulus ia diminta oleh Kantor Kejaksaan Surabaya yang membutuhkan tenaga muda, namun tidak disetujui orang tuanya.

Setelah R. Prayitno Wiryowijoyo lulus sekolah mencapai usia 17 tahun ia angkat SIDI, dan pada tahun itu juga ia diangkat ayahnya menjadi CARIK (sekretaris desa). Jadi ia menjadi sekretaris desa sejak usia 17 tahun.


Pada mudanya ia seorang pekerja keras dan tidak pernah berfoya foya. Ayahnya mendidiknya dengan keras. Harus mau pergi ke sawah, berdagang kayu untuk bangunan, berdagang padi pencaran ke pasar pasar. Dia juga berdagang batu bata merah yang dibuatnya sendiri.


R. Prayitno Wiryowijoyo tubuhnya tidak sekuat adiknya yaitu R. Mursali Wiryoprawiro karena sering mengalami kecelakaan dalam bekerja. Paling halus budi pekertinya diantara saudara saudaranya yang memiliki sifat keras. Selalu bersikap hati hati, ia gemar membaca dan menulis serta ketrampilan tangan.


R. Prayitno Wiryowijoyo sebelum menikah dengan R. Ngt. YUSUTAJI MATHEUS sudah bertunangan dengan R. Ngt. Arti putri kedua R. TEGUH SURODIWONGSO dari kertorejo yang diperantarai oleh Pamannya yaitu eyang MERISO WIRYOREJO.


Sebulan sebelum pernikahannya dengan R. Ngt. Arti dilangsungkan, R. Prayitno Wiryowijoyo mohon kepada orang tuanya agar pernikahannya dibatalkan, sebab dia telah mempunyai pilihannya sendiri. 

Satu setengah bulan kemudian pernikahannya dengan R. Ngt. Yusutaji Matheus dilangsungkan pada tanggal 7 Nopember 1897 dan diteguhkan di gereja Mojowarno.


Akibat pembatalan dengan R. Ngt. Arti membawa keributan di keluarga R. Teguh Surodiwongso. Hal ini eyang MERISO harus bertanggung jawab sebagai perantaranya agar R. Ngt. Arti segera dinikahkan. R. Ngt. Arti akhirnya dapat dipertemukan dengan saudara sepupu R. Prayitno  dari desa Tunjungrejo bernama R. PRAWITO EPRAYIM.


Perkawinan R. Prayitno Wiryowijoyo dengan R. Ngt. Yusutaji Matheus telah diberkati pada hari Minggu 7 Nopember 1897 di Gereja Mojowarno oleh Pdt. J. Kruyt Sr. 

Pesta perkawinan selama tujuh hari, tujuh malam tidak disetujui oleh J. Kruyt Sr. Namun BAU ARIS II R. Muso Jebus Wiryosentono berkeras hati tetap diatas pendiriannya, berdasarkan nadzarnya semula.


Yang merias mempelai adalah buyutnya yaitu MAIMUNAH MARIA MAGDALENA atau C.W. Nortier menulisnya dengan sebutan karan anak yaitu Bok JAKI. 

R. Ngt. Yusutaji Matheus adalah putri ke 8 R. MATDHAKIM MATHEUS pendiri Jemaat Surabaya. Istri R. Matdhakim Matheus adalah R. Ngt. YUSTINAH putri pertama R. Ngt. Wuryan Agustinah adik ipar R. Karolus Wiryoguno.


Pesta perkawinannya diadakan pertunjukan wayang purwa oleh dalang ARBAN dan malam lainnya wayang krucil oleh dalang PETI. Demikian berlanjut hingga seminggu.


Sapi panceng yang di potong selama seminggu berjumlah 8 ekor yang diterima dari buwuhan para lurah yang dipimpin oleh Bau Aris II. Pada akhir hajatan masih ada sisa beberapa ekor sapi yang belum terpotong.


Eyang Karolus Wiryoguno merasa senang dan bersyukur karena masih diperkenankan mengalami dan mendampingi cucunya menjadi mempelai.


Selesai pernikahan kedua mempelai tinggal bersama kedua orang tuanya sambil menunggu selesainya rumah yang dibangunnya. Tanah yang ditempati dibeli dari bekas tanah R. LODEWIK (DUWEN) atas nama R. Prayitno Wiryowijoyo sendiri.


Pekerjaan R. Prayitno Wiryowijoyo selain menjadi Carik di desa Mojoroto adalah bertani dan berdagang kayu jati dolokan untuk melayani pabrik gula serta membuat batu bata merah yang dibakar sendiri dalam jumlah besar. 

Hasil dari berdagang ini dikumpulkan selama 15 tahun digunakan untuk membangun rumah yang diidam idamkan.

Pada tanggal 11 April 1914 ia telah meletakkan batu pertama dalam pembangunan rumah yang berukuran 10 x 25 meter. Namun ukuran ini tidak disetujui oleh orang tuanya dan dikatakan kurang luas.

Menurut tukangnya yang bernama pak NITI menjelaskan bahwa kalau mengikuti saran orang tuanya maka lebar ditambah 2 meter, kanan kiri menjadi 14 meter dan panjangnya ditambah 7 meter dan tingginya ditambah 1,5 meter. Demikian juga dengan pondasinya harus bertambah, tinggi dan lebarnya.

Setelah mendapat penjelasan tersebut, hatinya menjadi susah dan dari pihak iparnya yaitu guru IPRAYIM, memberi nasehat agar mau mengalah dan menuruti permintaan ayahnya. 

Sejak menerima nasehat ini, ia mencoba menurutinya dan pekerjaan dapat dilangsungkan hingga selesai.


KEHIDUPAN R. PRAYITNO WIRYOWIJOYO DALAM KEGEREJAAN.


Semenjak putrinya yang bernama PANTIAJENG sakit, ia mulai rajin membaca Alkitab dan berdoa. Keadaan ini diketahui oleh pihak gereja, dan ia dipilih menjadi anggota Pekabaran Injil yang diketuai oleh Bp. Dokter ISMAIL. 

Hasil dari P.I. antara lain seperti Kyai JOYOSUDARMO dari Tebu Ireng dapat dimenangkan serta Kyai Abdullah dari desa SEDAH telah bertobat. Tempat P.I. antara lain di Sumobito, Curahmalang dan sekeliling Mojowarno. Sehingga pada waktu itu di Jombang berdiri pepanthan yang dilayani Guru Injil R. SOEBARDAN dibawah naungan jemaat induk Mojowarno. R. Prayitno Wiryowijoyo berkecimpung dipelayanan P.I. selaku bendahara, dan ia juga menjadi anggota Majelis Jemaat Mojowarno dan anggota Klasis Surabaya.


Dalam keanggotaan Majelis Jemaat ia dipilih menjadi Bendahara, yang otomatis menjadi Pengurus Harian selama 17 tahun dan juga termasuk anggota Badan Komisi Pekabaran Injil yang bertugas menghimpun dana untuk kelangsungan berdirinya Jemaat/ Pepanthan Jombang yang baru. Yang berkaitan dengan gaji Guru Injil dan kolportagenya. Ia juga  memangku jabatan sebagai penningmeester (bendahara ) di Badan Komisi P.I. untuk berdirinya Jemaat/ Pepanthan Jombang selama 12 tahun.


Dalam Pergerakan Nasional ia ikut dalam bidang Koperasi di Mojowarno dan Jombang, Sarekat Dagang yang dipimpin Haji Samanhudi dan Tirtosuryo pada tahun 1911 sampai pada jaman Tjokroaminoto.

Pada akhirnya aktivitas P.I. dan Pergerakan Nasional dihentikan berkaitan terganggunya sakit kaki yang tidak tersembuhkan.


Pada tanggal 22 Agustus 1949 R. Prayitno Wiryowijoyo telah berpulang, Tuhan telah memanggilnya. 

Kejadian ini terlaksana sebelum peletakan senjata Republik Indonesia dan Belanda pada bulan Desember 1949.


Adapun Putra putri dan menantu R. Prayitno Wiryowijoyo:


1. Sediyati + Yoyada Wiryowiyoto

2. Mayangrukmi + Pitoyo Arjowijoyo

3. Wirosodarmo + a. Trimulyani, b. Rustining

4. Ciptaning + Marsudi

5. Estiningtyas + Susalam Wiryotanoyo, Ds.

6. Lumunturingsih (tidak bersuami)

7. Sutiyah (Meninggal)

8. Pantiajeng (tidak bersuami)

9. Wiryodwiyono + Sri Wiryati

10. Listyaningati, bidan (tidak bersuami)

11. Emanuel + Yuniah


Keterangan:


Meriso Wiryorejo atau Tarimin Meriso adalah Lurah desa Mojowangi saat itu.

Muso Jebus Wiryosentono adalah Lurah desa Mojoroto.

Keterangan foto:

R. Prayitno Wiryowijoyo bersama putranya R. Wirosodarmo

Catatan.

Dirangkum dan kembangkan beserta silsilah dari tulisan R. Wirosodarmo dengan judul SURAT WASIAT " BIOGRAFIA KELUARGA PRAYITNO WIRYOWIJOYO" 

Yang telah ditulis ulang dan dibenahi tata bahasanya oleh R. Hadi Wahjono putra tunggal R. Wirosodarmo.

Tulisan ini dirangkum dan disebarluaskan oleh R. Prabowo Hadi Laksono Nathanael cucu R. Wirosodarmo dan putra ke 5 R. Hadi Wahjono.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

YESAYA SARIDIN SARITRUNO

MATDAKIM MATHEUS