YESAYA SARIDIN SARITRUNO


 Saridin SARITRUNO berasal dari desa Semerak, Margotuhu, Tayu. Dia beristrikan RADIYAH dan memiliki anak pertama serta meninggal dunia waktu masih kecil. Dalam kehidupan Saridin SARITRUNO merasa terdorong oleh suatu keinginan, bagaimana hidup bisa sejahtera.

Namun dalam usahanya dia tidak menemukan hasil dari keinginannya itu.

Akhirnya dia mengambil keputusan untuk bertapa, dan pergi ke Gunung Muria untuk melaksanakan niatnya.

Ketika dia sampai dipuncak Gunung Muria, dia bertemu seorang wanita dan berkata: "Saritruno, agar apa yang kau cari dapat kau temukan, turunlah dan pergilah ke arah timur laut. Disatu tempat disana, engkau akan berjumpa dengan seekor kerbau putih (bule, jw) yang "siwer" matanya. Dan nasehat itu dituruti oleh Saritruno. Lalu dia turun dari puncak Gunung Muria dan menyusuri jalan ke arah timur laut. Ternyata dia tiba di desa Semerak, yaitu desa asalnya sendiri. Dan disana dia berjumpa dengan Ibrahim Tunggul Wulung. Dalam pertemuan yang kedua ini dengan Ibrahim Tunggul Wulung dia mendapat petunjuk, agar Saritruno meneruskan perjalanan  ke desa Dukuseti dan seterusnya agar melanjutkan perjalanan ke Banyutawa.

Ditempat yang terakhir inilah dia menerima petunjuk lagi agar Saritruno bertemu dan bergaul dengan orang orang Kristen.

Pertemuannya dengan orang orang Kristen diharapkan memberikan pertumbuhan dan pengertian pengertian baru yang membawa hati Saritruno kearah jalan yang lebih terang lagi. Bahwa apa yang dimaksud oleh wanita di Gunung Muria itu, tidak lain ialah agar mencari seorang pendeta (Belanda).

Dengan segara dia pergi ke Banyutawa menuju ke arah Tegalombo. Disini dia bertemu dengan orang orang Kristen yang sedang membuka desa baru (membuka hutan). Lalu dia menggabungkan diri ikut serta menebang pohon untuk membuka hutan.

Untuk sementara waktu dia menetap di Tegalombo. Di tempat ini dia dapat berjumpa kembali dengan Ibrahim Tunggul Wulung lalu Saritruno diminta ikut serta ke Bondo.

Ketika Ibrahim Tunggul Wulung hendak mengabarkan Injil di Pekalongan dan Cilacap (Banyumas), Saritruno diajak serta dan Saritruno menerimanya dengan baik. Ditempat ini mereka berjumpa dengan Ny. Oostrom.

Serta Saritruno bertemu dengan kakaknya yaitu Abisai Reksodiwongso yang telah menjadi Kristen. Lalu Saritruno diserahkan untuk belajar agama Kristen, sekaligus dibabtis setelah itu. Permintaan itu diterima dengan senang hati oleh Ny. Oostrom.

Saritruno diberi pelajaran secukupnya, dan di babtis di Cilacap. Namanya mendapat tambahan YESAYA, secara lengkapnya YESAYA SARIDIN SARITRUNO.

Dia kemudian dinikahkan dengan kemenakan Ny. Oostrom yang bernama ESTER.

Dia tidak mengaku kalau sudah mempunyai istri.

Demikianlah sampai Ester memiliki 4 orang anak: DINAH, NAOMI, SAMUEL, dan NITI. Kemudian Saridin pulang ke desanya di Semerak, Margotuhu, Tayu. Dan menjumpai istri pertamanya yaitu RADIYAH serta setahun mereka menetap di Semerak lalu lahirlah YOSAFAT SUPADMOHARJO, yang kemudian Saridin kembali ke Banyumas. Dengan ESTER menyusul lahir anak ke 6 dan ke 7 yaitu: ELI dan RUSTIMAN. Yang kelak RUSTIMAN ini mewarisi Gerejanya Ibrahim Tunggul Wulung.

Demikianlah susunan putra putri dari YESAYA SARIDIN SARITRUNO  dengan 2 orang istri.

Keadaan semacam ini tidak dapat selalu dirahasiakan, akhirnya YESAYA mengajak kedua istri dan anak anaknya untuk tinggal satu rumah di Tegalombo.


Pdt. P. Ant. Jansz (muda) ingin mengangkat Yesaya Saridin Saritruno menjadi Guru Injil di Tegalombo di bantu oleh YEHUDA LIMBUN dan SARWO PASRAH dari Pulojati, Jepara.

Tetapi setelah didengar bahwa Yesaya Saridin Saritruno beristri dua, maka oleh Pdt. P. Jansz disarankan agar istri yang belum Kristen (RADIYAH) diceraikan.

Tetapi Yesaya menolaknya dan akhirnya Yesaya Saridin Saritruno dapat diangkat menjadi Guru Injil sampai meninggalnya yaitu pada tanggal 2 Juli 1918, lalu disusul istri keduanya pada tanggal 7 Juli 1918.

Kedudukan Yesaya Saridin Saritruno selaku Guru Injil digantikan oleh anaknya dari ibu ESTER yang bernama SAMUEL.


Adapun putra putri YESAYA SARIDIN SARITRUNO


1. YESAYA SARIDIN SARITRUNO + a. RADIYAH, b. ESTER.


1.1.b. Dinah + a. Dasiyo, b. Suroraji

1.2.b. Naomi + Andris (Andreas)

1.3.b. Samuel, GI + a. Mari, b. Esther

1.4.b. NITI + Gamirah

1.5.a. Yosafat Supadmoharjo + Ruspah

1.6.b. Eli Dimurti + Selah

1.7.b. RUSTIMAN + Rasinah.


Rustiman ini yang kelak mewarisi gereja Kyai Ibrahim Tunggul Wulung.


Oleh R. Hadi Wahjono


Digubah sedikit tatabahasanya oleh Robby Jebus putra R. Hadi Wahjono dengan tidak mengurangi essensi dari tulisan tersebut.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

R. PRAYITNO WIRYOWIJOYO

MATDAKIM MATHEUS